Sabtu, 22 Oktober 2011

PENTINGNYA INVESTASI DI BIDANG KESEHATAN JIWA


PDF Print E-mail
Tingginya prevalensi masalah kesehatan jiwa (Keswa) di Indonesia, ternyata tidak diikuti oleh tingginya penggunaan layanan Keswa. Sumber daya Keswa di Indonesia juga masih terbatas. Hal ini mengindikasikan belum terpenuhinya kebutuhan (unmet needs) layanan Keswa. Padahal, masalah ini memiliki dampak yang besar terhadap pembiayaan kesehatan secara umum dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk bersama-sama berinvestasi di bidang kesehatan jiwa.
Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat menyambut sehkitar 200 peserta Konferensi Nasional Kebijakan Kesehatan Jiwa I dan Konferensi Nasional Psikiatri Komunitas II dengan tema “Investing in Mental Health: Working Together to Meet the Unmet Needs of Mental Health” di Jakarta (07/10).

Individu yang mengalami masalah kesehatan mental membutuhkan layanan Keswa, namun banyak penderita yang tidak menyadarnya. Stigma dan rendahnya pengetahuan tentang Keswa ditengarai merupakan penyebab dari situasi ini. Karena itu, diperlukan suatu model layanan yang efektif, akses yang mudah dan dapat diterima, baik untuk penatalaksanaan maupun untuk pencegahan, serta upaya Komunikasi Edukasi dan Informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Peningkatan layanan kesehatan jiwa yang terjangkau dengan akses yang mudah sangat diperlukan. Selain itu, partisipasi Puskesmas sebagai ujung tombak layanan kesehatan di masyarakat dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa yang terlayani sehingga mengurangi unmet needs kesehatan jiwa”, ujar Menkes.

Pelayanan Keswa di Puskesmas, meliputi skrining rutin kesehatan jiwa pada pasien; psikoedukasi; serta intervensi layanan kesehatan jiwa dasar dan berjenjang (sistim rujukan). Namun, pelayanan di fasilitas kesehatan primer ini memiliki keterbatasan yaitu beban yang besar dengan jumlah tenaga terbatas; ketidakpatuhan terhadap terapi; dan stigma terhadap obat-obat psikotropik; serta kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat kepada penyedia layanan yang cukup besar.

“Layanan Keswa di fasilitas kesehatan dasar tidak akan berhasil keberlangsungannya tanpa ada program pemberdayaan keluarga dan masyarakat termasuk kerja sama lintas sektor”, tegas Menkes.

Unmet needs Keswa dapat dilihat dari hal-hal seperti prevalensi penderita gangguan jiwa yang tidak menerima layanan; penderita menerima layanan namun tidak adekuat, kemudian pasien berhenti berobat ke fasilitas kesehatan sehingga terjadi kekambuhan; dan kebutuhan sosial berdasarkan pandangan pasien.

“Arti need berdasarkan perspektif pasien yang terkait layanan Keswa, meliputi jenis obat yang lebih nyaman, jenis intervensi khusus yang dibutuhkan ataupun fasilitas kesehatan. Selain itu, terdapat pula kebutuhan yang tidak terkait dengan layanan Keswa seperti kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, transportasi, keterampilan kerja dan sebagainya”, jelas Menkes.

Berdasarkan hasil penelitian di 6 negara Eropa, kebutuhan layanan kesehatan jiwa yang tidak terpenuhi di fasilitas kesehatan untuk penderita gangguan depresi mayor (30%); Skizofrenia (40%); Penanggulangan Napza (30%); serta gangguan jiwa secara umum mencapai 48%. Sementara itu, di negara-negara berpenghasilan rendah-menengah (termasuk Indonesia), unmet needs mencapai lebih dari 90%.

Berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan jiwa yang dilakukan Kementerian Kesehatan yaitu Peningkatan pengetahuan kader kesehatan; Peningkatan peran dan kepedulian media massa; Peningkatan peran dan kepedulian LSM; Pemberdayaan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa; Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan di puskesmas; Koordinasi lintas sektor melalui TPKJM dan Perpres Penyelenggaraan Terpadu Pembangunan Kesejahteraan Jiwa Masyarakat; Mendukung adanya Desa Siaga Sehat Jiwa; serta Peningkatan peran UKS.

Sasaran investasi terutama adalah pada sumber daya manusia untuk kesehatan jiwa, baik keluarga, masyarakat, juga tenaga kesehatan, agar dapat meningkatkan akses layanan keswa; memberikan pelayanan keswa berkualitas; meningkatkan upaya promosi dan prevensi masalah kesehatan jiwa; dan memberikan perlindungan HAM penderita gangguan jiwa.

Tujuan dari Investasi tersebut adalah untuk menurunkan beban negara (dan masyarakat) dengan meningkatnya produktivitas kerja; menurunnya biaya pengobatan; kualitas hidup dan kesehatan yang lebih baik; meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat tentang kesehatan jiwa; serta dengan menurunnya prevalensi gangguan jiwa.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52960661, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau e-mail kontak@depkes.go.id

HINDARI OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT (OT-BKO)


PDF Print
Oktober 2011

Bedasarkan hasil pengawasan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di seluruh Indonesia sampai dengan bulan Juli tahun 2011, ditemukan 21 Obat Tradisional dengan Bahan Kimia Obat (OT-BKO), dan 20 diantaranya merupakan obat tradisional yang tidak terdaftar (ilegal).
Demikian disampaikan Kepala BPOM, dra. Kustantinah, Apt., M.App.Sc, didampingi oleh Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen, drs. Ruslan Aspan, Apt., MM, Ketua GP Jamu Indonesia, Charles Saerang, pada Konferensi Pers mengenai Pengawasan OT-BKO, Jakarta (05/10).

“Badan POM secara rutin dan berkesinambungan melakukan pengawasan peredaran obat tradisional, termasuk kemungkinan dicampurnya obat tradisional dengan bahan kimia obat (OT-BKO)”, ujar Kepala BPOM.

Analisis temuan OT-BKO selama 5 tahun terakhir, mengalami penurunan. Pada tahun 2007 (1,65%); tahun 2008 (1,27%); tahun 2009 (1,06%); tahun 2010 (0,84%); dan tahun 2011, ditemukan 21 item dari 2883 sampel (0,72%).

Kepala BPOM menambahkan, Bahan Kimia Obat (BKO) yang diidentifikasi terkandung dalam obat trasisional (OT) tersebut menunjukkan tren yang berbeda. Pada kurun waktu 2001-2007, tren temuan OT-BKO mengarah pada obat rematik dan penghilang rasa sakit, antara lain obat tradisional yang mengandung bahan obat fenilbutason, metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada periode tahun berikutnya hingga kini, perubahan tren mengarah pada obat pelangsing dan obat penambah stamina (aprodisiaka) yang mengandung bahan obat seperti sibutramin, sildenafil, dan taladafil.

”Sebagai tindak lanjut dari temuan ini, dilakukan penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan. Untuk OT yang telah terdaftar dan ditemukan mengandung BKO maka nomor registrasinya akan dicabut. Temuan ini, merupakan tindak pidana. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sejumlah 114 kasus telah diajukan ke pengadilan”, jelas Kepala BPOM.

Untuk melindungi agar masyarakat tidak mengkonsumsi OT-BKO, BPOM mengeluarkan peringatan/public warning. Daftar OT-BKO tersebut adalah Protein-zhi kapsul, Asam Urat Nyeri Tulang cap Gunung Krakatau (serbuk); Buah Naga Kapsul; Dewa-dewi Kapsul; Jamu cap Putri Sakti Penyehat Badan (cair); Jamu Tradisional Jawa Asli Cap Putri Sakti (cair); Kapsul Telat Bulan (Tiaw Keng Poo Sae); Kuat Tahan Lama Surabaya Madura (serbuk); Lebah Mutiara Gatal-gatal (kapsul); Linu Rat Kapsul; MD dan SM Obat Asam Urat Nyeri Tulang/Sendi Cicunguya (kapsul); Obat Kuat dan Tahan Lama Powerman (kapsul); Obat Kuat dan Tahan Lama Super X (kapsul); Pil Anti Sakit Gigi Plus Pak Tani (tablet); Prima Setia Kapsul; Scorpion Kapsul; Siper Kapsul; Tangkur Cobra Laut (kapsul); Tiger Fit Asam Urat Flu Tulang (kapsul); dan Power Up (kapsul).

”BKO yang dicampurkan ke dalam OT, biasanya dosisnya tidak terukur. Jika dikonsumsi secara terus menerus, akan terakumulasi dalam tubuh dan bisa membahayakan kesehatan”, tegas Kepala Badan POM.

Kepala BPOM menyatakan, masyarakat diminta melaporkan kepada BPOM atau Pemda setempat apabila ada dugaan produksi atau peredaran OT secara ilegal kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM di Jakarta (021) 4263333 dan (021) 32199000 atau melalui Layanan Informasi Konsumen di balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksilimi: 021- 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) 021-500567, atau e-mail ke kontak@depkes.go.id. (my)

MENKES CANANGKAN GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INVESTASI PEMBANGUNAN KESEHATAN JIWA


PDF Print E-mail
Investasi Sumber Daya Manusia  (SDM)  untuk  kesehatan jiwa merupakan hal penting, karena masalah kesehatan jiwa berdampak terhadap pembiayaan kesehatan, produktivitas kerja, dan  masalah psikososial di masyarakat. Oleh karena itu,  peran serta masyarakat dalam menciptakan iklim yang baik bagi Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) sangat diperlukan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH dalam sambutannya saat mencanangkan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Investasi Pembangunan Kesehatan Jiwa pada Puncak Acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2011 di Bogor, 10 Oktober 2011. Menkes mengatakan, investasi  kesehatan jiwa untuk pembangunan SDM Indonesia harus dimulai dari usia remaja, sebab tantangan yang dihadapi akibat derasnya arus globalisasi memerlukan daya adaptasi kaum remaja yang kuat. Selain itu, transisi menjadi dewasa merupakan tantangan dalam siklus kehidupan manusia, banyak masalah kesehatan jiwa yang muncul pada usia dewasa dimulai sejak remaja. Di antaranya adalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), depresi, bunuh diri, tawuran, dan tindak kekerasan lain di masyarakat.

Menkes melanjutkan, investasi  promosi kesehatan jiwa dan pencegahan terhadap gangguan kejiwaan akan menghasilkan individu dan masyarakat yang dapat beradaptasi terhadap stres dan konflik sehari-hari, meningkatkan daya saing, dan  pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tujuan investasi sumber daya manusia dalam kesehatan jiwa adalah meningkatnya akses  masyarakat pada layanan kesehatan jiwa yang bermutu, menurunnya prevalensi gangguan jiwa, meningkatnya upaya promosi kesehatan jiwa dan pencegahan masalah kesehatan jiwa, meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat tentang kesehatan jiwa, dan meningkatnya produktivitas kerja, perbaikan derajat kesehatan, kualitas hidup serta perlindungan hak asasi manusia bagi penderita gangguan jiwa, kata Menkes.

Menkes menambahkan, investasi  SDM juga mencakup investasi tenaga kesehatan dan tenaga di masyarakat yang memperkuat upaya kesehatan jiwa untuk meningkatkan akses masyarakat pada layanan yang bermutu dan menurunkan kesenjangan pengobatan atau treatment gap.

“Untuk mengatasi dampak masalah kesehatan jiwa diperlukan partisipasi dan aksi bersama dari berbagai pihak. Pencanangan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Investasi Pembangunan Kesehatan Jiwa merupakan langkah awal komitmen kita bersama. Langkah selanjutnya akan dilakukan secara bertahap dengan dukungan berbagai pihak”, ujar Menkes.

Menkes berharap di masa mendatang layanan kesehatan jiwa lebih efektif, terjangkau, dan manusiawi.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52960661, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau alamat e-mail info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id

Selasa, 18 Oktober 2011

MENKES CANANGKAN KAMPANYE IMUNISASI TAMBAHAN CAMPAK DAN POLIO


PDF Print
18 Oktober 2011

Hari ini (18/10), Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH didampingi Gubernur Prov. DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mencanangkan imunisasi tambahan campak dan polio, di Jakarta. Pencanangan ini menandai dimulainya kampanye imunisasi tambahan campak dan polio, di 17 Provinsi di Indonesia, yaitu di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua, NTB, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio Tahun 2011, merupakan tahun terakhir  kampanye imunisasi tambahan. Sebanyak 15.249.183 orang atau sekitar 65% dari jumlah seluruh bayi dan anak Balita di Indonesia, menjadi target imunisasi.

”Keberhasilan kegiatan ini diharapkan akan memberikan daya ungkit besar pada eradikasi polio dan eliminasi campak,” kata Menkes dihadapan tamu undangan, diantaranya Walikota Jakarta Timur, perwakilan WHO dan perwakilan UNICEF. Pada kesempatan tersebut juga dilakukan video conference antara Menkes dengan para Gubernur dari provinsi Jabar, Lampung, Kalbar, Sulteng, dan Sulsel.

Menkes menyatakan, penyakit menular masih merupakan salah satu penyebab kematian anak di Tanah Air. Padahal penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk mencegah 7 penyakit menular, yaitu: Tuberkulosis, Polio, Difteria, Pertusis, Tetanus, Campak, dan Hepatitis B, saat ini terdapat 5 vaksin yang diberikan Program Imunisasi pada bayi dan anak Indonesia.

Imunisasi rutin campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1984 dengan kebijakan memberi 1 dosis pada bayi usia 9 bulan. Cakupan imunisasi campak tahun 1984 (12,7%) meningkat pada tahun 1990 (85,4 %) dan bertahan sampai tahun 2010 (rata – rata di atas 90%). Tetapi pencapaian cakupan ini tidak merata di seluruh Indonesia karena hambatan geografis dan  sosial ekonomi, ujar Menkes.

Menkes menjelaskan, penelitian menunjukkan, hanya 85% anak usia di bawah 1 tahun yang mempunyai kemampuan membentuk imunitas tubuhnya. Oleh karena itu dosis ke-2 perlu diberikan secara rutin, yaitu  pada saat anak baru memasuki SD kelas 1 yang dilaksanakan melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

”Tetapi, jumlah bayi dan Balita yang belum mencapai usia SD - yang tidak mempunyai imunitas terhadap campak - setiap tahun bertambah. Jumlah ini terakumulasi sehingga menimbulkan dampak terjadinya KLB Campak - seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia,” terang Menkes.

Ditambahkan, berdasarkan beberapa pertimbangan disimpulkan bahwa perlu dilakukan pemberian imunisasi tambahan campak pada anak usia 9-59 bulan. Maksudnya, untuk memberikan kesempatan ke 2 bagi tubuh bayi dan Balita guna membentuk imunitas tubuhnya secara maksimal.

“Untuk mencegah terjadinya KLB Campak dan Polio, perlu pemberian imunisasi tambahan Campak pada anak usia 9 – 59 bulan serta imunisasi Polio pada anak usia 0-59 bulan. Kegiatan ini disebut sebagai Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio. Kampanye dilaksanakan bertahap selama 3 tahun, dari tahun 2009 sampai tahun 2011” ujar Menkes

Tahap Pertama, Imunisasi Tabahan Campak dan Polio dilaksanakan di 3 Provinsi pada 10 - 24 Juni 2009 di provinsi: NAD, Sumatera Utara dan Maluku Utara. Tahap Kedua dilaksanakan di 11 Provinsi pada Oktober 2010 di provinsi Maluku, Papua Barat, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur dan Banten. Tahap Ketiga dilaksanakan pada Oktober 2011 di 17 Provinsi

Menkes mengapresiasi dedikasi para petugas kesehatan dalam menyukseskan pemberian Imunisasi Campak dan Polio agar mencapai 95% bayi dan anak Balita, terutama pada kelompok rentan. 

“Semoga  kegiatan pemberian imunisasi Campak dan Polio ini akan meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia” tutup Menkes

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili: 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau alamat e-mail kontak@depkes.go.id

FUNGSI OTAK

Apakah Anda sering lupa saat mencari suatu benda? Misalnya Anda sering lupa meletakkan di mana kunci Anda? Atau lupa hal penting yang harus dilakukan? Lupa password? Nilai ulangan anak Anda buruk karena kesulitan menghafal? Hal ini banyak dialami oleh kita. Akibatnya, semakin banyak waktu dan energi yang dibutuhkan untuk mencari barang, mendapat omelan dari orang lain, atau mendapat hasil yang buruk akibat sifat pelupa tersebut. Daya ingat otak memang akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Semakin tua umur seseorang biasanya mereka akan semakin pelupa. Tetapi, ini dapat juga menimpa di usia muda. Masalah ini dapat dikurangi dengan cara melatih otak.
Bagikan di:
Baca Kumpulan Info versi mobile di mana saja: m.kumpulan.info
<p>Your browser does not support iframes.</p>

Fungsi Otak

Dalam proses mengingat, otak memainkan peranan besar. Otak dapat terbagi atas otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri berkaitan dengan logika, angka, tulisan, kecerdasan, hitungan, analisa, dan untuk ingatan jangka pendek (short term memory). Sedangkan otak kanan kita diguakan untuk kreativitas, imajinasi, musik, warna, bentuk, emosi dan untuk ingatan jangka panjang (long term memory).
Ingatan akan lebih bertahan lama jika dalam mengingat menggunakan otak kanan. Untuk dapat mengingat dengan baik, perlu melatih otak agar berfungsi dengan optimal. Sayangnya, lebih banyak orang yang menggunakan otak kiri dalam proses mengingat. Otak kiri kebanyakan orang lebih berkembang tanpa diimbangi perkembangan otak kanan. Karena otak kiri merupakan ingatan jangka pendek, maka informasi yang disimpan di otak kiri akan lebih mudah terlupakan.
Oleh karena itu, jika ingin menyimpan dalam otak kanan, informasi harus diubah menjadi cerita atau gambar. Karena otak kanan tidak mengenal tulisan atau angka. Latihan diperlukan agar dapat mengembangkan otak kanan. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan.

Total Story Technique (TST)

Teknik ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras, shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat, tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti tisu.
Cerita tersebut benar-benar divisualisasikan dan dibayangkan. Kembangkan imajinasi Anda dengan menambahkan warna, bunyi, benda-benda pendukung dan gerak pada cerita tersebut. Misalnya, bayangkan tempat mandi berwarna pink tempat Dewi Sri mandi susu, bayangkan si Mbok yang sudah tua dan memakai kebaya abu-abu sedang mengepel halaman, dengarkan suara kunyahan permen karet di mulutnya, dan bayangkan Anda mencicipi telur yang rasanya seperti kecap, bayangkan bentuk telur yang bertabur keju dan saos tomat, dan bayangkan Anda bisa memegang telur tersebut dan merasakan kelembutannya yang seperti tisu.
Jadikan bayangan tersebut nyata di hadapan Anda. Dengan contoh cerita ini, kita telah melatih otak kanan yang berfungsi dalam kreativitas dan imajinasi. Kreativitas tercipta saat kita membuat suatu cerita singkat dan imajinasi turut berperan saat kita memvisualisasikan cerita tersebut.

Total Word Technique (TWT)

Pada teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar dapat diterima oleh otak kanan.
Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip Nekad".
Kalimat tersebut menggunakan beberapa huruf depan atau suku kata pertama dari urutan planet yang ingin diingat. Mengendarai untuk mengingat Merkurius, Vespa untuk Venus, Bukan untuk Bumi, Mainan untuk Mars, Judi untuk Jupiter, Sahabat untuk Saturnus, Urip untuk Uranus, Nekad untuk Neptunus. Dengan membayangkan tokoh-tokoh dan yang sedang dilakukan, Anda dapat lebih mengingatnya.

Total Number Technique (TNT)

Teknik ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan. Misalnya, Anda harus mengingat angka 212.007.217.080.205. Anda dapat mengubahnya menjadi cerita seperti Wiro Sableng (212) dan James Bond (007), keduanya (2) sedang mengikuti upacara kemerdekaan (1708) pada hari pendidikan nasional (0205).
Tetapi, tidak semua kombinasi angka merupakan angka yang sudah dikenal seperti diatas. Untuk itu, Anda dapat membuat cerita sendiri dengan mengubahnya menjadi kode yang dapat diterima oleh otak kanan yaitu dalam kode bentuk atau bunyi. Anda dapat mengubah angka menjadi kode bentuk atau bunyi seperti berikut:
AngkaKode BentukKode Bunyi
0BolaGosong
1TiangSepatu
2BebekTua
3TelingaMentega
4Perahu LayarKetupat
5Perut GendutDelima
6CerutuTanam
7CangkulBaju
8KacamataPapan
9RaketJalan
Kode bentuk dan kode bunyi juga dapat diciptakan sendiri sesuai kreativitas Anda. Sekarang misalnya Anda harus mengingat password 284670, dapat diubah menjadi kalimat:

Mengingat dengan Kode Bentuk

Bebek (2) berkacamata (8) naik perahu layar (4) dengan tangan kanan memegang cerutu (6) dan tangan kiri memegang cangkul (7) asyik bermain bola (0).

Mengingat dengan Kode Bunyi

Kakek tua (2) membeli papan (8) dan ketupat (4) dari orang yang sedang menanam (6) baju (7) gosong (0).
Metode mengingat yang dijelaskan diatas hanya beberapa contoh teknik mengingat yang dapat digunakan, karena masih ada metode-metode lainnya. Metode mengingat tersebut akan membuat Anda dipacu untuk terus kreatif dalam menciptakan cerita singkat, membayangkan dan mengimajinasikannya.
Imajinasi Anda akan semakin terasah saat Anda menambahkan warna-warna pada bayangan cerita Anda, menambahkan gerak, aroma atau hal lainnya sehingga imajinasi Anda semakin menarik. Jika bisa, buatlah menjadi cerita yang lucu atau cerita yang tidak masuk akal. Ini akan membantu informasi lebih teringat.
Anda juga dapat mencoba untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Dengan demikian, menghafal dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk mereka. Ini juga akan menjadi latihan yang baik untuk otak kanan yang bisa memacu kreativitas dan mengoptimalkan otak anak.
Jika Anda sudah mencoba mengingat dengan metode-metode tersebut, menyimpan informasi di otak kanan Anda, informasi tidak akan cepat terlupa dan membantu mengoptimalkan otak dan membantu