Kejang Demam
Definisi :
Kejang demam : bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229)
Kejang demam : bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)
Kejang demam : kejang yang terjadi pada
suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranium
(Lumban tobing, 1995: 1)
Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
Kejang demam adalah terbebasnya
sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan
kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak
usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan
hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.
(Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kalsifikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah
1. Kejang demam sederhana
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
1. Kejang demam sederhana
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.
Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti
penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan
infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995: 1929)
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995: 1929)
Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Efek produk toksik daripada mikroorganisme
Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan
anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul
24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi
karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan
oleh virus daripada bakterial.
Epidemiologi
Kejang demam merupakan salah satu
kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar
2,2% hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka
mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat
mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang
dominan saat ini kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk
atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan
kejang secepat mungkin
Anak yang menderita kejang demam mungkin
berkembang menjadi penderita epilepsi. Penelitian yang dilakukan oleh
The American National Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3
faktor resiko, yaitu :
Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama
Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel selama 1 hari
Mereka yang memiliki salah satu faktor
resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%. Bila terdapat 2
atau lebih kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor
resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%.
Faktor resiko kejang demam yang penting
adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada
orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada
masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.
Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali
rekurensi (kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami recurensi 3
kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya
anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat
kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.
Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi
anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Paling sering pada usia 17-23 bulan.
Sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan atau
setelah 5-8 tahun. Biasanya setelah usia 6 tahun pasien tidak kejang
demam lagi. Kejang demam diturunkan secara dominant autosomal sederhana.
Faktor prenatal dan perinatal berperan dalam kejang demam.
Sebanyak 80 % kasus kejang demam adalah
kejang demam sederhana,dan 20 % nya kejang demam kompleks. Sekitar 8%
berlangsung lama (> 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24 jam.
Patogenesis
Kenaikan suhu 10 C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% -15% dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20%. Pada anak sirkulasi otak bisa mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dewasa yang hanya 15-20%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium melalui membran sel sehingga terjadi lepas muatan listrik
yang dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sebelahnya melalui
neurotransmitter dan terjadilah kejang
Kejang demam yang berlangsung singkat
pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit ) biasanya
disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat karena
aktifitas otot dan menyebabkan metabolisme otak meningkat. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup
sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan
baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah
oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya
kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial
membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim
Na – K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
Rangsangan yang datangnya mendadak
seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan
perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak dengan ambang
kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang
yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan
makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan
Ngastiyah, 1997: 229)
Diagnosa
Anamnesis :
· Demam (suhu > 380)
· Adanya infeksi di luar susunan saraf
pusat (misalnya tonsillitis, tonsilofaringitis, otitis media akut,
pneumonia, bronkhitis, infeksi saluran kemih). Gejala klinis berdasarkan
etiologi yang menimbulkan kejang demam.
· Serangan kejang (frekuensi, kejang
pertama kali atau berulang, jenis/bentuk kejang, antara kejang
sadar atau tidak,berapa lama kejang, riwayat kejang sebelumnya (obat dan
pemeriksaan yang didapat, umur), riwayat kejang dengan atau tanpa demam
pada keluarga, riwayat trauma)
· Riwayat penyakit sebelumnya, riwayat
penyakit keluarga, riwayat kehamilan ibu dan kelahiran, riwayat
pertumbuhan dan perkembangan, riwayat gizi, riwayat imunisasi
· Adanya infeksi susunan saraf pusat dan
riwayat trauma atau kelainan lain di otak yang juga memiliki gejala
kejang untuk menyingkirkan diagnosis lain yang bukan penyebab kejang
demam
· Bila anak berumur kurang dari 6 bulan
atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsy yang kebetulan
terjadi bersama demam.
Pemeriksaan fisik :
· Keadaan umum, kesadaran, tekanan darah ,nadi, nafas,suhu
· Pemeriksaan sistemik (kulit, kepala,
kelenjer getah bening, rambut,mata , telinga, hidung, mulut,
tenggorokan, leher, thorax : paru dan jantung, abdomen, alat kelamin,
anus, ekstremitas : refilling kapiler, reflek fisiologis dan patologis,
tanda rangsangan meningeal)
· Status gizi (TB, BB, Umur, lingkar kepala)
Pemeriksaan laboratorium :
· Darah rutin ,glukosa darah, elektrolit
· Urin dan feses rutin (makroskopis dan mikroskopik)
· Kultur darah
Pemeriksaan penunjang :
· Lumbal pungsi
Untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis dan ensefalitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis 0,6-6,7 %. Pada bayi manifestasi meningitis bakterialis
tidak jelas karena itu Lumbal Pungsi dianjurkan pada :
1. Bayi < style=”"> : sangat dianjurkan
2. Bayi 12-18 bln : dianjurkan
3. Bayi > 18 bln : tidak rutin
Tes ini untuk memperoleh cairan
cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini
dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada
otak.
- Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi- Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
1)Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
2)Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)
· EEG
EEG–>Pemeriksaan EEG dibuat 10-14
hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG
lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam
kompleks.
Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG)
tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal
· Pencitraan
Foto X-ray, CT-Scan, MRI dilakukan atas indikasi :
a. Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema
Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kejang demam dapat berlangsung lama dan
atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh
hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam
atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
PENATALAKSANAAN
Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4 faktor yang perlu dikerjakan :
Segera diberikan diezepam intravena –>dosis rata-rata 0,3mg/kg
atau diazepam rektal —————->dosis ? 10 kg = 5mg/kg
Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
atau diazepam rektal —————->dosis ? 10 kg = 5mg/kg
Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya
Meurunkan panas bila demam atau
hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan
dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3
mg/kgBB
memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.
Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 – 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 – 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca – glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
b. Bila kejang tidak hilang, harus
pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan
dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6
ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum
menyerupai floppy infant dapat muncul.
c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat
dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia
tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir
adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel
yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang
rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg .
kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.
Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk
memberantas kejang pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar
dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian
bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan
karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat
menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah
Penatalaksanaan kejang :
Pemberantasan kejang secepat mungkin(bagan penatalaksanaan kejang)
Pengobatan penunjang : semua pakaian
ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah terjadinya
aspirasi isi lambung. Penting sekali untuk mengusahakan agar jalan nafas
bebas agar oksigenisasi terjamin,kalau perlu dilakukan intubasi atau
trakeostomi. Pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan pengobatan
ditambahkan dengan pemberian oksigen.
Pemberian obat demam
Asetaminofen 10-15 mg/kgbb/4-5 kali/hari
Ibuprofen 5-10 mg/kgbb/3-4 kali/hari
PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Penkes tentang
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ÂșC)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Penkes tentang
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ÂșC)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi
kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian
lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian
kecil kasus, dan kelainan biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama
atau kejang berulang baik umum maupun fokal
Resiko yang mungkin terjadi pada anak kejang demam:
a. 30-40% berulang kejang demam
b. Sebagian kecil menjadi epilepsi.
Resiko epilepsi di kemudian hari tergantung faktor:1
a Riwayat epilepsi dalam keluarga
b. Kelainan perkembangan atau saraf sebelum menderita kejang demam.
c. Kejang lama atau kejang fokal
http://www.referensionline.info/71/kejang-demam.html